Bojonegoro – Sebuah cerpen yang mana dapat digunakan sebagai hiburan untuk mengisi malam-malam di bulan Nopember ini akan menjadi hal baru bagi kita. sebuah cerita yang dikutip dari karya Kak Muhafid yang berjudul “Genggaman Tangan Kecil Vey” yang berisi kiasan dan Filosofi arti kebersamaan.
Genggaman Tangan Kecil Vey
Tak hanya waktu itu saja kami berkemah bersama. Ketika kami akan dilantik kenaikan tingkat dalam pramuka, kami harus memenuhi tugas membuat Zebra cross.
Malam itu kami berkemah seperti biasa. Hanya saja perkemahan kali ini difokuskan kegiatan malam yaitu mengecat jalan untuk membuat Zebra cross. Kegiatan bakti masyarakat ini kami lakukan malam hari karena pada umumnya kendaraan yang melintas minim dan kami lebih leluasa untuk bekerja.
Terlihat Vey yang begitu semangat. Sementara itu aku dan Ilo duduk di seberang jalan menunggu bagian. Aku dan Ilo bermain game di Hp.
“Semangat Vey.” Teriak Ilo ke arah jalan.
“Nanti kamu bangunin aku ya, aku sudah capek. Aku mau tiduran dulu ya Ilo.”
Aku merebahkan badan ke trotoar pinggir jalan. Terlihat Vey dengan senang hati dan semangat menjalankan tugasnya.
Vey telah menyelesaikan tugasnya dengan baik. Giliran aku, Ilo dan juga anak lainnya. Kami membagi tugas masing masing.
“Ilo, kamu kalo mencampur cat hati-hati dong, jangan sampai jatuh di menodai jalan duluan,” saran ku kepada Ilo yang terlihat sibuk dengan kaleng cat yang dipegangnya.
“Semangat Ilo… Semangat Ily… aku liatin kamu dari sini lho,” Teriak Vey yang sedang duduk santai di pinggir jalan.
Kami dengan cepat dapat menyelesaikan tugas dengan baik. Kami berharap tidak turun hujan dan mengacaukan karya kami ini. Setelah selesai kami membereskan semuanya.Vey membawa kaleng cat yang masih berisi separuh penuh cat yang belum di cairkan.
“Hati-hati Vey. Jangan sampai tumpah di jalan lho ya.”
Kalimat yang di ucapkan Ilo itu menyita perhatian banyak orang. Kami semua berharap karya kami ini tidak rusak sebelum kering besok.
Vey berlari bersama Ilo dan teman teman lainnya. Aku di belakang membawa sapu jalan dan berjalan dengan santainya. Mungkin karena Vey suka bercanda, dia meletakan kaleng cat di jalan raya. Tak disangka sebuat truk melaju dengan cepat dari arah timur.
“Awas Vey… Ada truk menuju kemari,” teriakanku yang membuat Vey langsung berlari menuju ke pinggir jalan.
Truk itu melaju dengan kencang. Dan tiba-tiba terdengar suara, “Pyaaark”. Kaleng cat itu tertabrak oleh truk yang melaju dengan cepat. Kecerobohan Vey membuat semua orang yang melihat hal itu menjadi kaget. Suasana berubah hening seketiaka. Terlihat Vey juga terkejut melihat hal itu terjadi. Kakak Pembina pun menjadi emosi. Kami semua yang ada semua di sini menjadi terdiam membisu seketika.
Waktu terus berjalan. Kami berusaha membersihkan tumpahan cat yang dibuat oleh kecerobohan Vey. Aku merasa kasihan terhadap Vey, dia pasti merasa sangat bersalah.
Kakak Pembina menyuruh kami semua mempersiapkan diri untuk upacara pelantikan dan ulang janji dalam waktu 15 menit. Waktu yang sesingkat itu harus kami gunakan sebaik-baiknya. Aku tidak bisa tenang melihat Vey yang bersedih. Mungkin dia juga menyesali kesalahanya itu.
“Astaga… Waktunya hampir habis,” Aku berteriak memberi komando kepada Vey, Ilo juga teman yang lainnya.
“Kita harus segera kumpul di lapangan menggunakan seragam lengkap,” kata Ilo kian menambah panik kami semua.
Karena waktu yang begitu singkat dan perasaan kami yang hancur bercampur kecewa, kami semua hapir telat kehabisan waktu. Aku sendiri tertinggal tujuh menit dan aku harus mendapat hukuman sit up tujuh puluh kali malam itu.
Setelah selesai aku ikut bekumpul dalam barisan bersama teman-teman lain yang mungkin sudah menunggu sejak tadi. Baru kusadari ternyata Vey belum ada dalam barisan. Owh ya tuhan, gimana ini. Dari kejauhan Nampak Vey berlari tertingal dua belas menit. Dan itu artinya dia harus mengambil sikap posisi sit up sebanyak itu.
Pikiran ku semakin tak kuasa melihat Vey yang harus melakukan itu semua. Andai saja aku bisa membantu meringankan beban nya. Aku berdiri di barisan belakang sedangkan Ilo sepertinya sudah ada sejak lama sehingga dia berada di barisan depan. Aku hanya bisa berdoa, semoga Vey kuat dan mampu menyelesaikan tugas juga hukuman yang dia dapatkan itu.
Dalam hati juga pikiranku menjadi kacau, mataku berkaca-kaca melihat sahabat baik ku harus menerima beban sebanyak itu. Aku hanya bisa berdoa. Air mataku sedikit demi sedikit mengalir keluar. Semakin deras alirannya keluar karena aku tak sanggup melihat temanku sperti itu, sedangkan aku hanya bisa berdiri dan melihat dirinya dari kejauhan.
Setelah beberapa saat, Vey terlihat berjalan lamban menuju ke arah barisan. Dia mengambil posisi di samping sebelah kiriku. Aku tak sanggup melihatnya. Air mataku yang keluar mengisyaratkan betapa iba nya diriku melihat dirinya.
Kakak Pembina datang dan memberi kami pencerahan. Kebersamaan harus lah kita bina. Dalam situasi apapun kita harus bisa menempatkan diri di posisi yang tepat. Kurang lebih seperti itu amanat dari Pembina sebelum akhirnya kami menjalani pelantikan.
Aku tak bisa membayangkan apa yang Vey rasakan. Aku masih menangis dalam batin dan mengeluarkan air mata. Tak disangka, Vey menggenggam tanganku seraya memberikan aku kekuatan untuk tetap kuat dan tegar. Dalam upacara ulang janji saat itu, Vey menggenggam tanganku. Aku tak sanggup melihat dan berpandang ke arahnya. Rasa kecewa bercampurkan iba ku kepadanya membuatku lemah. Dialah yang memberikan aku support hingga akhirnya aku selesai mengikuti upacara kenaikan dan ulang janji.
Genggaman tangan Vey menyertaiku. Rasanya dia memiki perhatian lebih kepadaku. Tapi hingga kini aku belum tahu pasti. Kapan dia akan melakukan hal yang sama seperti dulu. Semua itu masih terlelap berselimutkan misteri.
Itulah kisah untuk hari ini (Edisi Kabut Semu Orchidae Episode 8, Kak Muhafid P.Y). Dari bumi Kasiman salam Sastra dan salam Pramuka. Pramuka mengajarkan segalanya. Pramuka adalah wadah pendidikan bagi generasi muda. Pramuka mencetak karakter yang dibutuhkan nusa dan bangsa. Jadilah seorang Pramuka untuk Indonesia. Jayalah Pramuka, Jayalah Indonesia.